Persoalan energi fosil yang kian hari kian langka tentu saja menjadi polemik
tersendiri bagi manusia. hal ini tentu memicu keresahan bagaimana cara
mendapatkan energi bila energi fosil seperti minyak bumi dan bayu bara punah,
Membuat energi alternatif adalah salah satu opsi terbaik yang dapat kita
lakukan untuk menghemat energi fosil dan menjaganya aga tidak cepat punah.
Energi alternatif di anggap cukup mumpuni untuk menghemat bahn energi fosil,
selain itu Energi alternatif di nilai lebih murah dan ramah lingkungan sehingga
masyarakat dapat membuatnya sendiri di rumah.
Di bawah ini contoh macam-macam energi alternatif yang bisa di buat dari
lingkungan sekitar kita
1.Energi Biogas dari Sampah
Memanfaatkan sampah menjadi sumber energi alternatif. kenapa tidak?, dengan
mengubah biomassa itu menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan misalnya menjadi
energi pembangkit listrik. Pengembangan energi alternatif yang dapat diperbaharui agar tidak tergantung
kepada energi fosil merupakan keniscayaan.
Caranya sampah diolah dengan alat yang dinamai albakos.
Sampah-sampah organik yang telah dikumpulkan, dimasukkan ke dalam jelaga
albakos yang dibawahnya dibakar menggunakan arang. Proses pembakaran memakan
waktu minimal satu jam untuk memisahkan gas metan murni dengan karbon dan zat
lain yang kurang bermanfaat dari alat purifikasi.
Dari alat purifikasi, gas yang dihasilkan disalurkan melalui pipa-pipa dan
kemudian terkumpul dalam kantong plastik besar. Dari kantung plastik ini
kemudian gas metan disalurkan ke genset yang digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik atau bisa langsung digunakan untuk memasak.
Sampah sebagai energi alternatif merupakan solusi energi masa depan, karena
selain bahan baku yang mudah didapat, bahan bakar alternatif ini juga ramah
lingkungan. Selain itu, meski belum mampu mengatasi krisis energi listrik,
pendayagunaan sampah setidaknya juga bisa mengurangi masalah volume sampah yang
tiap hari terus bertambah.
2.Bio Ethanol dari Ketela
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketela mengandung ehtanol yang cukup
tinggi sehingga dapatdi gunakan sebagai bahan bakar alternatif.
untuk membuat energi alternatif ini mudah. Bahkan, bisa dilakukan oleh
masyarakat awam. Yang penting bahannya memiliki kandungan karbohidrat, seperti
singkong.
adalah singkong gondrowu, jenis singkong berukuran raksasa yang tidak
dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya pahit dan beracun. Namun, dibalik itu
semua teryata singkong ini mengandung nilai yang luar biasa untuk bahan
bakar.
Proses pembuatannya juga sederhana. Ketela atau bahan-bahan lain tersebut
dihaluskan, lalu direbus. Kemudian ditambahkan enzim amylase dan diberi ragi.
Untuk sementara ini, ragi tape biasa pun bisa digunakan. Tapi kami sedang
mengkaji lebih lanjut ragi khusus untuk ethanol ini. Larutan tersebut didiamkan
selama tiga sampai empat hari agar proses fermentasi berjalan. Setelah itu,
ethanol akan dihasilkan. Namun demikian kadar ethanol ini masih 90%. Sementara
untuk kompor diperluakan kadar ethanol sebesar 95%.
Untuk menaikkan kadar ethanol, katanya, perlu ditambahkan batu kapur. Ini
perlu dilakukan sebab ethanol dengan kadar di bawah 95% masih mengandung Pb
(timbal). Sedangkan ethanol untuk bahan bakar kompor harus bebas dari Pb,
karena jika tidak bebas dari Pb, cairan tersebut bisa meledak.
Keunggulan bahan bakar ethanol selain lebih ekonomis juga terbukti tanpa
jelaga. Namun, pemanasan ethanol diakui Ika lebih lama jika dibandingkan dengan
minyak tanah. Sebagai misal, ntuk memasak mi, kompor minyak tanah membutuhkan
waktu 10 menit. Sedangkan kompor ethanol dua hingga tiga menit lebih
lama.
3.Bio Desel dari Sari Kelapa
Buah kelapa ternyata menyimpan banyak sekali manfaat bagi manusia,mulai
dari pohon sampai buahnya dapat bermanfaat bagi manusia.
Buah kelapa yang dikenal banyak khasiatnya ternyata juga
bisa dijadikan bahan bakar alternatif.baru-baru ini sebuah penelitian
mengemukakan bahwa di dalam sari buah kelapa terdapat energi bio desel
yang dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif.
Untuk membuat bio desel ada beberapa tahap. Yaitu ampas
kelapa diperas dan airnya didiamkan selama sepekan. Perasan ampas kelapa itu
kemudian dicampur NAOH sebanyak 100 gram untuk satu liter air kelapa ditambah
metanol 200 ml diaduk dan didiamkan selama 8 jam. Langkah terakhir agar bio
desel bisa digunakan adalah menyaring larutan tersebut dengan kain kasa.
Meski terkesan rumit dan memakan waktu yang lama dalam proses
pembuatanya ternta bio desel yang dibuat sebagai energi alternatif ini
juga ramah lingkungan, karena tidak
menimbulkan polusi udara. Selain itu masyarakat juga bisa membuatnya
sendiri karena
bahan dasarnya tersedia.
4.Energi alrenatif dari kulit pisang
Siapa yang menyangka buah manis seperti pisang yang biasa kita
temui dan konsumsi sehari-hari dapat di gunakan sebagai energi
alternatif, baru-baru ini sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui
kandungannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tegangan yang dihasilkan
oleh baterai kering dengan elektrolit kulit pisang adalah 1,24 volt. Dan
ketahanan dalam jam dinding rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam).
Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa.
Perbedaannya adalah pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa
mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral dalam jumlah
terbanyak adalah potassium atau kalium (K+). Kulit pisang juga
mengandung garam sodium yang mengandung klorida (Cl-) dalam jumlah
sedikit. Reaksi antara potassium atau kalium dan garam sodium dapat
membentuk kalium klorida atau KCl. Menurut Drs. Asep Jamal (2008) KCl
merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan menghantarkan arus
listrik.
Pisang juga mengandung Magnesium dan Seng. Magnesium (Mg) dapat bereaksi
dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat. Jumlah Magnesium hanyalah
15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung Seng (Zn)
yang merupakan elektroda positif. jumlah kandungan Seng dalam pisang
hanya mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling berperan dalam
menghantarkan listrik adalah potassium atau kalium, yang bereaksi dengan
garam sodium. Dimungkinkan garam magnesium dan seng juga turut berperan
dalam menghantarkan dan menyimpan arus listrik searah.
Hasil penelitian juga menunjukkan, baterai kontrol mampu bertahan lebih
dari 7 hari sedangkan baterai kulit pisang hanya kurang dari 6 hari. Hal
ini disebabkan baterai kontrol memiliki senyawa yang berfungsi sebagai
depolarisasi. Senyawa yang digunakan adalah mangandioksida. Walaupun
pisang juga mengandung mangan, namun jumlahnya hanya 0,6 mg per 100 g.
Disamping itu setiap reaksi dalam baterai mengalami suatu proses
polarisasi akibat adanya gas hidrogen yang terlepas. Pisang dan terutama
kulit pisang mengandung lebih dari 60 % kadar air (H20), yang dapat
terlepas apabila terjadi suatu reaksi kimia. Sehingga kemungkinan
terjadinya polarisasi sangat besar. Hal tersebut yang mengakibatkan
perbedaan ketahanan antar baterai kulit pisang dan baterai kontrol cukup
besar. Sedangkan diantara ketiga jenis pisang, maka pisang susu yang
memiliki ketahanan tertinggi. Namun karena selisih ketahanan diantara
pisang susu dan jenis pisang lain kurang dari 24 jam, maka bisa
dikatakan bahwa ketahanan di antara ketiga jenis pisang tidak memberikan
perbedaan yang signifikan.
Data pelengkap lain, berupa data berat bersih baterai menunjukkan bahwa
rata-rata kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai.
Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga
satu buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini
merupakan keunggulan lain dari baterai kering dari kulit pisang.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah Baterai kering yang menggunakan
bahan baku kulit pisang memiliki rata-rata voltase 1,2 V dan ketahanan
rata-rata 5 hari 7 jam dan Diantara ketiga jenis pisang tidak memberikan
perbedaan performa (voltase dan ketahanan) yang signifikan.
5. Energi Alternatif Biji Buah Bintaro
Pohan bintaro (Cerbera manghas)
merupakan jenis tumbuhan liar yang mudah tumbuh di mana saja. Pohon
dan buahnya seperti mangga selama ini memang kurang dimanfaatkan oleh
warga, padahal sebenarnya sangat bermaafaat sebagai pengganti bahan
bakar.
selain bijinya, kulit buah bintaro yang berserat dapat digunakan
sebagai bahan baku papan partikel atau dapat dijadikan sebagai bahan
bakar secara langsung atau diubah menjadi briket untuk bahan bakar
tungku.
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dukungan
terhadap program pemerintah dalam mengembangkan Desa Mandiri Energi.
Dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat sekitar memiliki
alternatif sumber energi secara mandiri yang bersifat baru.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi warga untuk
memenuhi kebutuhan energi rumah tangga mereka dan sekaligus memberikan
manfaat secara ekonomi dan juga bagi kelestarian hutan.
Artikel Terkait