
Janji Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, untuk membongkar kedok
peretas internasional Anonymous bukan sekadar gertak sambal. Demi
memburu hacker yang meretas situs resmi PM Negeri Singa itu, pemerintah
menggandeng lima pria ahli teknologi dan informasi.
Stasiun
berita Channel News Asia melansir, kelima pria itu berusia antara 17
hingga 45 tahun, dan berasal dari Singapura. Dari hasil investigasi yang
dilakukan polisi, ditemukan petunjuk bahwa hackers telah memanfaatkan
kelemahan di situs yang berfungsi menampilkan halaman dari
sumber lain.
Selain itu, polisi mengaku sudah mengantongi kelima nama tersangka pelaku aksi peretasan.
Namun,
mereka membantah aksi peretasan situs PM yang beralamat di
www.pmo.gov.sg, terkait dengan aksi serupa terhadap situs Dewan Kota Ang
Mo Kio atau aksi vandalisme di Gedung Dewan Kota tanggal 5 November
lalu.
Tersangka terhadap aksi peretasan Dewan Kota telah ditahan dan didakwa di pengadilan.
Pelaku
diketahui bernama James Raj Arokiasamy, berusia 35 tahun. Pada saat
melakukan aksinya, dia bersembunyi di balik identitas "The Messiah". Raj
tertangkap di sebuah apartemen di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kini,
tugas Pemerintah Singapura memburu dan membongkar kedok kelompok
Anonymous internasional. Menurut Kementerian Dalam Negeri (MHA),
mengganggu atau merusak sistem komunikasi informasi dan teknologi (ICT)
dianggap ilegal dan melanggar konstitusi.
"Aksi seperti
mengalihkan operasi layanan kritis, membahayakan dan mengakibatkan
kerugian serius terhadap sistem keamanan, ekonomi dan sosial negara, dan
warga Singapura, dianggap tindak kriminal. Kami akan menyelesaikan
kasusnya sesuai dengan hukum yang berlaku," ujar Juru Bicara MHA.
Aksi
peretasan terhadap situs PM Singapura terjadi pada Kamis, 7 November
lalu sekitar pukul 23:17 waktu Singapura. Saat itu kelompok Anonymous
mengganti tampilan sub halaman yang merujuk kepada
sumber lainnya.
Dalam
sebuah sub halaman, hacker mengganti tampilan lamannya dengan tajuk
bernada menghina. Di laman itu terdapat gambar pria mengenakan topeng
elang dan di samping kiri terpampang tulisan: "Hebat sekali menjadi
warga Singapura saat ini".
Kendati diretas, namun situs PM masih
tetap dapat diakses. Motif dari aksi tersebut diduga berkaitan dengan
permintaan peninjauan kembali aturan baru pemerintah yang mewajibkan
portal berita untuk mendapat izin.
Mengetahui hal ini, Lee lantas bersumpah akan memburu pelaku penyerangan dunia siber.
"Ini
bukan sesuatu yang dapat ditertawakan. Hal ini juga bukan sesuatu yang
akan berlalu begitu saja karena Anda tidak meninggalkan identitas.
Kalian dapat berpikir identitas kalian tidak diketahui, tapi kami akan
melakukan berbagai upaya untuk membongkar identitas kalian!", janji Lee.
Artikel Terkait